Berpikirlah seperti Tuhan berpikir tentang engkau


Janganlah kamu menjadi serupa dengan dunia ini, tetapi berubahlah oleh pembaruan akal budimu…. -- Roma 12:2

     Tidak banyak orang yang menyadari bahwa dirinya istimewa. Sebagian orang cuma ge-er, membanggakan hal-hal yang sebenarnya tidak patut dibanggakan. Namun, kebanyakan orang mengidap inferiority complex alias sindroma kroco jiwo alias minder. Bahkan para selebritas yang disanjung-sanjung fans-nya pun ternyata menyembunyikan kehidupan pribadi yang miserable, mengenaskan. Sebagai contohnya, tengok saja almarhum Elvis Presley dan Lady Di.
     Kenapa susah sekali bagi orang untuk menyadari jati dirinya? Ada jurang dalam yang membentangkan antara kenyataan dan kebenaran. Keduanya mengandung perbedaan yang mendasar. Namun, orang sering mencampuradukkan kenyataan dan kebenaran begitu saja. Itulah yang menjadi sumber kegagalan orang untuk mengenal jati dirinya secara benar.
     Tentang jati diri kita, kebenaran menegaskan bahwa kita diciptakan dalam rupa dan gambar Allah. Kita diciptakan secara istimewa dengan suatu tujuan yang istimewa pula. "Sebelum Aku membentuk engkau dalam rahim ibumu, Aku telah mengenal engkau, dan sebelum engkau keluar dari kandungan, Aku telah menguduskan engkau, Aku telah menetapkan engkau menjadi nabi bagi bangsa-bangsa" (Yeremia 1:4-5). Betapa hebatnya jati diri dan panggilan hidup kita.
     Namun, kenyataan sehari-hari menyodorkan potret diri kita yang lain. Kita bangun dan menemukan seraut wajah yang kuyu di depan cermin. Duh, bagaimana ujian hari ini -- aku belum cukup belajar. Kuliah lama-lama membosankan juga, apalagi kalau dosennya judes. Dan wajah di cermin itu pun kian memble. Inikah serupa dan segambar dengan Allah itu?
Kebenaran dan kenyataan -- betapa jauh bedanya…
     Saul, raja pertama Israel, dapat dijadikan contoh soal yang menarik. Ketika bangsa Israel meminta seorang raja, Saullah yang diurapi Tuhan, dengan sejumlah tanda yang mengikutinya. Salah satunya, ia bertemu dengan serombongan nabi, kepenuhan Roh Allah, dan berubah menjadi manusia lain. Sebuah pengalaman rohani yang luar biasa.
     Namun, sikap dan perilakunya menunjukkan bahwa ada sesuatu yang belum berubah dalam dirinya. Secara fisik, ia dari bahu ke atas lebih tinggi dari orang-orang sebangsanya, namun ia memandang rendah dirinya, merasa dirinya termasuk kaum yang paling hina di Israel. Dan, bayangkan, ketika akan diangkat sebagai raja, ia bersembunyi di antara barang-barang! Bagaimanapun, Tuhan menyertai pemerintahannya, memberinya kemenangan demi kemenangan. Toh ia masih diliputi kegentaran juga. Alih-alih bersandar pada Tuhan, ia lebih takut kehilangan dukungan rakyat. Dan kehidupan Saul pun berakhir tragis, karena ia memilih untuk lebih mempercayai kenyataan di lapangan daripada berpegang pada kebenaran firman Tuhan.
     Meskipun telah mendapatkan pengalaman rohani yang luar biasa dan pernyertaan Tuhan yang nyata, ada yang tidak berubah di dalam diri Saul: cara berpikirnya. Ia terus berpikir menurut kenyataan, dan tidak mengubahnya sesuai dengan kebenaran.
     Firman Tuhan menegaskan perlunya kita mengubah atau memperbarui pikiran kita. Ini bukan anjuran untuk melarikan diri dari kenyataan. Kita justru dituntut untuk memahami perbedaan besar antara kenyataan dan kebenaran. Kenyataan atau fakta hanya bersifat sementara dan tunduk pada perubahan, selalu berganti menurut keadaan. Sebaliknya, kebenaran bersifat kekal, tidak berubah dari selama-lamanya sampai selama-lamanya. Kebenaran mengandung fakta, namun tidak dibatasi oleh fakta tersebut. Nah, perintah untuk memperbarui pikiran berarti perintah untuk melepaskan diri dari belenggu kenyataan yang bersifat sementara dan berjalan menurut kebenaran yang bersifat kekal. "Sebab kami tidak memperhatikan yang kelihatan, melainkan yang tak kelihatan, karena yang kelihatan adalah sementara, sedangkan yang tak kelihatan adalah kekal " (2 Korintus 4:18).
     Pembaruan pikiran sangat vital dalam kehidupan rohani kita, dan sekaligus sangat unik. Pembaruan pikiran tidak dapat digantikan oleh pengalaman rohani apa pun. Diangkat ke surga atau tumbang dalam roh selama tiga hari, misalnya, tidak secara otomatis mengubah pikiran Anda. Pembaruan juga tidak dapat dikerjakan oleh orang lain, kecuali oleh diri Anda sendiri. Tuhan dapat menyentuh hati Anda dan mengubahnya, menyembuhkan tubuh Anda, menghibur Anda, memberkati Anda berlimpah-limpah -- apa saja, segala kebaikan dan kesempurnaan. Satu-satunya yang tidak bisa dikerjakan-Nya bagi Anda adalah mengubah pikiran Anda. Tuhan telah memberi Anda kehendak bebas, dan Ia sangat menghargai kehendak bebas Anda tersebut. Kalau Ia repot-repot mengubah pikiran Anda, Ia telah melanggar kehendak bebas Anda. Jadi, bola sekarang ada di lapangan Anda. Pembaharuan pikiran Anda bergantung sepenuhnya pada disiplin pribadi Anda!
     Untuk itu, Tuhan menyediakan sarananya, yaitu firman-Nya, kebenaran-Nya. Bila kita mendisiplinkan diri kita untuk bercermin dan menguji diri kita sesuai dengan kebenaran firman Tuhan, berarti kita belajar untuk berpikir seperti Tuhan berpikir, memandang seperti Tuhan memandang, menilai seperti Tuhan menilai. Dengan demikian, kita akan berubah menjadi semakin serupa dan segambar dengan Dia, dalam kemuliaan yang semakin besar.

Comments

Popular posts from this blog

Kunci Menghancurkan Penghalang Janji Tuhan!

Perbedaan Suara Allah dan Suara Iblis/ Setan

7 Manifestasi Masuk Hadirat Tuhan!