Kasih yang menyembuhkan,,,,
BRAAKKK!!!!!, Dobrakan Pintu yang sangat Keras mengejutkan tidurku, memaksaku untuk bangun. mendengar teriakan beberapa orang dengan obor yang menyala. Pintu rumahku rusak dan beberapa orang memaksaku keluar dengan pakaian seadanya yang bisa ku raih.
Seolah binatang aku ini, mereka menjambak rambutku, menampar pipiku, bahkan ada yang menendangku sambil mengarak ku ke perkampungan itu. rasa malu melanda diriku. Mereka sambil tertawa serta mempermalukan diriku seolah mereka puas dan memang itulah kegemaran mereka.
Tak berapa lama kumpulan itu berhenti dan membawaku menghadap ke seseorang yang sedang duduk sambil menulis dengan tangannya di pasir. Dalam pikiranku bertanya "Siapakah dia? dan mengapa mereka membawa saya kepadanyya? apa yang akan dia lakukan terhadap saya? sambil berteriak dalam hati saya "Tuhan ampuni saya, dengan pikiran kacau serta mata menangis akupun pasrah, dan memang sudah nasibku, aku melakukan perzinahan, aku berbuat dosa, dan aku memang layak untuk di hukum, tapi Tuhan aku takut, aku tidak tau lagi harus bagaimana, aku ingin hidup Tuhan, sambil terisak akupun tertunduk merenungkan nasibku kedepannya.
Keheningan itu pecah lantaran seseorang yang lebih tua dari gerombolon itu membuka pembicaraan dengan orang yang duduk tadi. katanya "Guru, telah kami dapati dirinya berzinah dengan pria yang bukan suaminya, hukuman apakah yang pantas untuknya???
Darah saya seakan terhenti mengalir, bak gelegar petir yang menyambar membuat saya terdiam menahan nafas. Tuhan, Saya benar-benar menyesal! ampuni saya, lepaskan saya dari orang-orang ini, berikan lah saya satu kesempatan lagi, doa pun terucap dari dalam hati sambil menunggu jawaban dari orang tersebut, saya tahu bahwa Dia adalah seorang Guru, Seorang Nabi, dan seorang yang berhak menentukan bahwa saya akan dihukum dengan cara bagaimana. Saya tidak bisa melarikan diri dari gerombolan ini, mata mereka sinis menatap saya, mata mereka penuh dengan kejahatan seolah-olah ingin menerkam saya, mengoyak-ngoyak tubuh saya. Mata mereka seolah mengatakan bahwa saya tidak akan bisa lepas dari hukuman, sesekali mereka menjambak rambut saya. Tangisan sayapun semakin keras meminta belas kasihan, supaya mereka tergerak hatinya dan memberikan saya satu kali kesempatan untuk hidup benar.
Guru tersebut hanya berdiam diri dan terus menulis seolah-olah dia sedang berpikir dan dari raut wajahnya seperti sedang berkomunikasi dengan Tuhan, apa yang sedang ditulisnya dipasir itu? Lima belas menitpun berlalu, dalam hatiku bertanya siapa orang ini, sampai orang-orang tua pun menyebutnya guru? Apa yang dia lakukan disana? Mengapa dia tidak menghiraukan kerumunan ini? Sepertinya dia bukan berasal dari gerombolan ini, dari wajahnya tampak bahwa dia begitu tenang dan tidak terlihat kejam, dia penuh dengan kasih dan kelembuta, wajahnya mirip seperti wajah seorang malaikat.
Bertanyalah orang yang tua tadi untuk kedua kali, apakah hukuman yang pantas untuknya guru? menurut hukum Musa, barangsiapa yang mendapati seseorang berzinah harus dirajam oleh batu. Celaka aku, gemetar dan takut membuatku terbata-bata memohon iba, aku tidak ingin dilempar dengan batu, lebih baik aku digantung atau ditusuk oleh pedang. Hukuman rajam begitu menyakitkan dan aku tidak ingin menerima semuanya itu. Tuhan dengarkanlah permohonanku ini, biarkanlah kasih-Mu menaungi mereka, belas kasih yang dari pada-Mu Tuhan.
Kemudian orang yang disebut guru ini menjawab "Barangsiapa diantara kalian yang tidak berdosa hendaklah Dia yang pertama kali melemparkan batu ini kepada wanita itu" mataku terbelalak. Kejammmnya dia!!! mengapa dia berbicara seperti itu? memang saya layak mati, tapi dosa apakah yang saya perbuat sehingga harus ditebus dengan kematian?
Apa guru ini tidak tahu kumpulan orang ini? mereka itu orang suci, mereka rajin berkumpul di rumah ibadah, mereka ahli kitab, tentu mereka bisa saja melempari saya dengan batu. Air mata saya sudah kering dan tak mampu lagi untuk saya berbicara, mata saya tertutup dan tidak ingin melihat lagi wajah-wajah mereka, dalam hati saya berdoa kepada Tuhan, jika memang saya harus mati saya rela karena saya memang telah merusak rumah tangga orang, membuat suaminya meninggalkan diri isterinya dan anaknya, saya berdosa Tuhan, saya terkutuk.
Lima menit, sepuluh menit setengah jam pun berlalu, kumpulan tadi seakan terpecah belah, mereka sepertinya sedang berdiskusi siapa yang layak melemparkan batu itu untuk pertama kali kepada saya. Mereka sepertinya bingung dan tercerai berai. tidak ada keputusan yang pasti, bahkan yang paling tua diantara mereka seolah-olah tidak sanggup untuk melakukannya. Apa yang terjadi disini? seolah-olah ada yang memecahkan mereka, hati nurani mereka saling bergesekan. saya kemudian membuka mata dan melihat kepada guru tersebut.
Siapakah orang ini? yang hanya berbicara satu kalimat saja mampu meredakan amarah kumpulan ini?
Siapakah orang ini? Rasa Takut saya pun berubah menjadi penasaran, apakah dia memang seorang guru? apakah dia seorang yang benar? ataukah dia itu Malaikat atau Nabi Tuhan. Satu persatu kumpulan tadi, mulai dari yang tertua hingga yang termuda pun meninggalkan kami dengan perasaan yang kecewa dan kesal. saya terkesima dan mengucapkan terima kasih kepada Tuhan karena saya masih diberikan kesempatan, terima kasih Tuhan.
Saya tidak berani menatap mata guru ini. Dia masih menulis-nulis dipasir dan saya sendiri tidak tau apa yang sedang di tulisnya. Sungguh wajahnya begitu damai, begitu tenang seolah saya aman bersama dirinya. Belum pernah saya sedamai dan setenang ini bersama pria manapun. Tapi orang ini mampu membuat saya nyaman dengannya, walaupun hanya satu hari bertemu dirinya.
Tersentak kaget mendengar dia bicara " apakah tidak ada yang melempari kamu dengan batu?" Suaranya seperti seorang bapa, sungguh menenangkan dan aman. Dengan meringis kesakitan akibat pukulan dan tamparan tadi saya pun menjawab " Tidak ada Tuan". diapun menjawab "Sayapun tidak akan melempar engkau, pergilah jangan berbuat dosa lagi".
Kata-kata itu walaupun hanya sedikit tetapi begitu kuat menggema didalam hidup saya. dan saya pun memutuskan untuk tidak berbuat dosa dan tetap mengikutinya seumur hidup saya. karena dialah yang telah menyelamatkan hidup saya. Saya sungguh telah jatuh cinta kepadanya, dan akan melakukan apa saja untuknya. meski mati pun akan saya jalani, karena saya memiliki arti kehidupan. karena saya tau kemana arah hidup saya setelah ini.
Terima Kasih Tuhan, Karena hidup saya yang dahulu rusak, yang dahulu hancur, dihina orang sekarang diubahkan melalui peristiwa yang luar biasa indah. Hanya Engkau yang mampu mengubah saya seperti ini. Sekarang saya tetap mengerjakan keselamatan yang telah diberikan kepada saya. saya Terus akan mengikuti mu guru, Yesus Kristus, anak Allah yang ajaib.
(terinspirasi oleh wanita di Yohanes 8)
Comments