7 Badai Pernikahan yang tidak terlihat saat Pacaran
Masih dalam tema pasangan hidup, kali ini kami ingin membagikan
secara singkat 7 badai pernikahan yang nggak kelihatan saat kita masih pacaran.
Kami ingin terus menekankan pentingnya memilih pasangan hidup yang tepat dari
Tuhan, karena seperti yang telah kami rasakan sendiri, Pacaran dengan
pernikahan adalah dua dunia yang sama sekali berbeda dan kami melihat banyak
sekali pasangan muda yang tidak berpikir panjang sebelum mengambil keputusan
menikah sehingga pernikahannya goyang atau bahkan bubar! Kurang lebih ada 7
macam “badai” pernikahan yang sering tidak dipertimbangkan oleh sebuah pasangan
sebelum mereka menikah :
1. Badai Mertua dan Keluarga
“Ketika kita menikahi seseorang, kita menikahi juga keluarga
besarnya.”, begitu kata mentor kami sebelum kami menikah, dan ternyata amat
benar sekali kenyataannya begitu. Tidak terhitung pasangan yang mengeluh
setelah nikah tentang gesekan dari dalam keluarga besar. Mulai dari perbedaan
strata sosial, kepercayaan, prinsip hidup dan kebiasaan, keuangan/harta, sikap
orangtua yang ‘protektif’ atau ‘ikut campur’,
dll. Semua ini sayangnya, adalah bagian dari realita pernikahan yang
sering tidak dipertimbangkan saat masih pacaran.
Kalau kita masih berpikir bahwa menikah itu tidak akan ada
urusannya dengan keluarga besar pasangan kita, maka itu artinya kita belum siap
menikah. Kita juga harus melihat seberapa besar kesediaan pasangan kita untuk
mencoba memahami dan menjangkau (reach out) keluarga kita, terutama orangtua
kita.
CEK: Apakah kita sudah siap melayani keluarga pasangan kita
dan menerima segala kekurangan dan kelebihan mereka ? Apakah pasangan kita juga
sudah menunjukkan kesediaannya untuk menjangkau dan menerima keluarga kita apa
adanya ?
2. Badai Keuangan
Menurut survei, 70% masalah rumah tangga berhubungan dengan
uang. Ini adalah medan ranjau yang bisa menyebabkan kerusakan besar pada sebuah
pernikahan. Mau mengelola uang dalam pernikahan bukan berarti kita menjadikan
uang sebagai prioritas dari pernikahan kita atau menyembah uang. Kita mengelola
keuangan karena uang – seperti yang Alkitab katakan – mempunyai sifat dasar
yang sangat merusak kehidupan manusia, termasuk kehidupan pernikahan.
Kebahagiaan pernikahan tidak ada hubungannya dengan punya
uang banyak atau uang sedikit. Punya uang banyak tapi tidak bisa mengelolanya
akan mendatangkan banyak duka cita dan kehampaan, begitu juga kalau punya uang
sedikit dan tidak bisa mengelolanya akan mendatangkan banyak masalah dan
konflik. Motivasi menikah yang didasarkan pada banyaknya harta akan menuliskan
sebuah perjalanan hidup yang penuh duka cita, konflik dan ketidak-bahagiaan.
Dalam pengalaman kami sebagai mentor pernikahan di gereja,
kami selalu menekankan pentingnya sebuah pasangan calon suami istri untuk
belajar mengelola keuangan bersama-sama sebelum mereka resmi menikah. Kami
telah melihat bahwa anak-anak didik kami yang bersedia untuk melakukan ini
cenderung untuk mempunyai start pernikahan yang jauh lebih mulus dan kehidupan
yang lebih diberkati Tuhan dibanding mereka yang tidak mau belajar atau
meremehkan tentang masalah uang ini.
CEK: Apakah pasangan kita orang yang sudah bisa mengelola
keuangan pribadinya atau dia orang yang boros yang uangnya selalu habis entah
kemana ? Apakah dia orang yang sadar akan pentingnya mengontrol pengeluaran,
menabung, menabur dan perpuluhan ? Apakah dia mengerti, menyadari dan mengakui
bahwa semua hartanya adalah milik Tuhan ? Apakah ia bersedia berkorban untuk
menabur atas dorongan Tuhan ? Apakah dia bersedia untuk belajar cara-cara
mengelola keuangan rumah tangga ?
3. Badai Konflik Rumah Tangga
Pernah dengar “Cerita Odol” yang terkenal, dimana sebuah
pasangan berkelahi tentang memencet odol dari atas atau dari tengah ? Jangan
anggap remeh, karena itu cerita betulan dan itu hanya sebagian kecil saja dari
masalah pernikahan.
Masalah-masalah sekecil odol justru seringkali mendatangkan
konflik terbesar didalam rumah tangga, apalagi pernikahan yang masih
baru.Begitu banyak hal kecil yang tiba-tiba harus diurus, hal-hal yang
sebelumnya tidak ada saat masih pacaran. Sebutlah urusan rumah. Begitu banyak
urusan yang harus diurus menyangkut rumah mulai dari urusan dapur, makanan,
kebiasaan, karakter, tagihan, pekerjaan, pembagian tugas, lingkungan,
kebersihan, listrik, air, dll. Ranjau-ranjau kecil yang siap menggemboskan
pernikahanmu.
CEK: Apakah pasanganmu masih kekanak-kanakan yang tidak
mengenal disiplin atau seseorang yang sudah dewasa dan bisa melepaskan
kebiasaan-kebiasaan jelek demi kebaikan ? Apakah kamu sudah paham
kebiasaan-kebiasaan pasanganmu sampai hal yang paling kecil dan siap untuk
menghadapinya ? Apakah pasanganmu juga sudah mengenalimu sebaik itu dan apakah
kira-kira dia mempunyai cukup kesabaran untuk menghadapi dirimu yang sulit itu
?
4. Badai Anak
Ketika anak pertama kami lahir, kami merasakan sebuah
gelombang perubahan yang amat besar melanda pernikahan kami. Jujur, gelombang
perubahan itu menggoyangkan bahtera pernikahan kami dan cukup membuat kami
frustrasi. Konflik-konflik dan beban pikiran yang sebelumnya tidak ada
bermunculan, mulai dari masalah cara merawat anak, tempat tinggal, biaya,
kesehatan, kebiasaan, keluarga besar, pembagian tugas, sampai beban pikiran
tentang menjadi seorang ayah/ibu dan sejuta kewajiban dan tuntutan yang
tiba-tiba dibebankan kepada kita.
Beban tidak berhenti sampai disitu. Anak pertama kami kini
sudah hampir berusia 3 tahun dan tiba saatnya untuk masuk sekolah. Yes, uang
pangkal dan uang sekolah yang besar menjadi tantangan pertama yang harus
dijawab. Bukan hanya itu, sebuah konflik lain dapat muncul tentang visi masa
depan anak-anak kita. Banyak pasangan mempunyai perbedaan pendapat tentang mau
kemana mengarahkan anak-anak mereka. Ada seorang istri yang mempunyai visi yang
tajam untuk mengarahkan anak-anaknya, tapi tidak didukung oleh suami yang lebih
memikirkan biaya. Ada seorang suami yang menginginkan anaknya tumbuh dengan
penuh kasih sayang tapi istrinya tidak begitu peduli tentang membesarkan anak.
Konflik juga banyak terjadi pada pasangan yang suami dan istrinya sama-sama
bekerja dan tidak cukup menghabiskan waktu dengan anak.
Mempunyai anak definitely adalah salah satu tantangan
terbesar dalam pernikahan. Mempunyai anak menghadirkan goncangan, tekanan dan
ujian yang luar biasa terhadap karakter kita, keintiman kita dengan Tuhan,
kekokohan kehidupan finansial dan terutama, pada kesolidan hubungan kita dengan
pasangan kita. Banyak pernikahan berubah menjadi hambar begitu ada kehadiran
seorang anak. Ketidaksiapan salah satu pihak dalam pernikahan untuk menghadapi
hal ini akan langsung menyebabkan keretakan yang kalau tidak segera ditindak
lanjuti, dapat melebar dan menyebabkan masalah yang akhirnya menghambarkan
pernikahan.
CEK: Apakah pasanganmu seseorang yang mempunyai visi jangka
panjang dan mendetil tentang keluarga seperti apa yang ia inginkan ? Apakah dia
siap turun tangan dan membangun sikap proaktif dalam membesarkan anak ? Apakah
dia sendiri berasal dari sebuah keluarga yang mempunyai hubungan dan
nilai-nilai kekeluargaan yang kuat ? Apa pendapatnya tentang pendidikan anak –
apakah pertimbangan utamanya biaya atau kualitas ?
5. Badai Cinta dan Seksual
Semua badai yang ditulis diatas pada akhirnya akan
memberikan tekanan pada cinta yang dimiliki oleh suami dan istri dan dapat
menimbulkan kejenuhan dan ketawaran. Hal ini dapat kemudian berefek pada
kehidupan seksual, yang tidak bisa disangkal, adalah sesuatu yang penting dalam
pernikahan karena kehidupan seksual merupakan simbol perayaan keintiman dari
seorang suami dan istri. Hilangnya keintiman seksual adalah klimaks dari semua
keretakan pernikahan dan awal dari masalah-masalah yang lebih besar di depan,
seperti perselingkuhan yang selalu mengintai di depan pintu atau hadirnya WIL
(Wanita Idaman Lain) atau PIL (Pria Idaman Lain). Kedewasaan, komitmen dan
pengendalian diri adalah karakter yang diperlukan untuk bisa aman dari badai
ini, suatu kualitas yang seringkali tidak dilihat/terlihat dalam hubungan
pacaran.
CEK: Apakah pasanganmu dapat mengkomunikasikan pikirannya
dengan baik kepadamu ? Apakah kamu bisa mengkomunikasikan pikiranmu dengan baik
kepada dia ? Apakah kamu kesulitan untuk mengungkapkan keinginan dan harapanmu
kepada dia ? Apakah pasanganmu dan dirimu mempunyai pengendalian diri yang baik
?
6. Badai Rohani dan Perbedaan Visi
Ada dua fakta pernikahan yang paling penting untuk diingat
oleh semua pasangan. Yang pertama : Pencipta pernikahan adalah Tuhan (The
author of marriage) ketika ia menciptakan Adam dan Hawa dan mempersatukan
mereka. Adalah sesuatu yang konyol bagamana manusia bisa berpikir untuk mempunyai
pernikahan yang sukses tanpa Tuhan. Hal itu adalah seperti membeli sebuah
komputer canggih tanpa buku panduan penggunaannya. Fakta yang kedua : Masalah
akan selalu ada. Nah, untuk bisa melalui pernikahan dengan baik, kedua fakta
ini perlu diakui dan disadari bersama-sama, yaitu suami dan istri harus
mengakui bahwa pengarang pernikahan adalah Tuhan, menyerahkan sepenuhnya
kendali kepada Tuhan, dan keduanya juga harus menyadari kalau jalan-jalan
didepan akan dipenuhi dengan tantangan dan mereka harus siap menjalaninya
bersama, apa pun yang terjadi.
Pasangan yang tidak seimbang secara rohani akan kesulitan
untuk mengakui kedaulatan Tuhan sebagai pencipta pernikahan dan untuk
mengundang-Nya masuk ke dalam rumah tangganya. Hal ini akan membuat kapal
pernikahan berlayar dengan visi yang tidak jelas, berubah-ubah dan mudah
goyang. Bahtera pernikahan yang timpang secara rohani juga akan mengalami
kesulitan yang besar saat dihantam masalah besar yang memerlukan Kerjasama
Rohani.
Pasangan yang tidak menyertakan Tuhan seringkali mengalami
kebuntuan dalam mencoba menyelesaikan masalah yang dihadapi atau dihantam oleh
gelombang masalah baru yang terus bermunculan. Kenapa begini ? seringkali
adalah karena mereka tidak kompak secara rohani, tidak ada kesatuan hati antara
suami dengan istri untuk datang tersungkur di kaki Tuhan dan berdoa. Tuhan
adalah solusi dari semua masalah. Saat kita mencari-Nya, semua jalan keluar
dibukakan.
Sangat disarankan untuk mendengarkan nasihat tentang topik
ini dari Pdt. Dr. Olly Mesach dalam interviewnya bersama kami. Tonton
interviewnya disini posting ini.
CEK: Apakah pasanganmu mempunyai gairah dan kehausan yang
sama untuk mengejar Tuhan ? Apakah dia menjalani hubungan dengan Tuhan hanya
sebatas rutinitas atau benar-benar terlihat adanya sebuah hubungan yang hidup
dan nyata dengan Tuhan ? Apakah dia selalu mengandalkan Tuhan ketika sedang
berada dalam masalah ? Apakah dia mempunyai kehidupan doa yang konsisten ?
7. Badai Kesehatan
Janet Perez Eckles tidak pernah menyangka pernikahannya yang
penuh momen pacaran romantis akan berakhir tragis dengan penyakit yang
merenggut penglihatannya di usia 30-an. Badai kebutaan segera mematikan
keintiman dengan suaminya dan menggantikannya dengan ketakutan dan perasaan
tidak aman. Walau tidak ada diantara kita yang menginginkan badai sakit
penyakit, tapi tidak bisa dipungkiri bahwa faktor ini sama sekali tidak bisa
ditebak dan seiring usia bertambah tingkat kesehatan akan menurun. Tanpa perlu
ditanya lagi, badai kesehatan akan mendatangkan perubahan yang teramat besar
terhadap sebuah pernikahan dari segala aspek.
Pasangan yang setia dan intim dengan Tuhan akan membantu
kita bertahan menjalani badai kesehatan dengan baik sampai akhirnya pernikahan
kita menemukan titik keseimbangan yang baru. Pasangan yang tidak siap, tidak
dewasa atau tidak kuat didalam Tuhan akan kesulitan menghadapi badai ini dan
pernikahannya akan mengalami kerusakan seperti layaknya kapal yang diterjang
badai. Janet Perez Eckles telah melewati semuanya itu dan memberikan kesaksian
yang luar biasa dalam ceritanya yang berjudul, “Dancing Through Darkness”.
CEK: Apakah hubungan kalian lebih didasari
ketertarikan fisik atau kecocokan karakter dan visi ? Apakah pasanganmu
seseorang yang punya pengalaman melewati kesulitan besar dengan baik dalam
hidupnya ? Apakah pasanganmu bersedia untuk saling membantu dalam tugas-tugas
rumah tangga atau dia membeda-bedakan antara “daftar tugas suami” dengan “daftar
tugas istri” ?
http://www.jerrytrisya.com/pasangan-hidup-2/baca-sebelum-nikah-7-badai-pernikahan-yang-nggak-kelihatan-saat-pacaran/
Comments