Tujuan dari Pencobaan

Apakah manusia, …., sehingga Kau (Tuhan) datangi setiap pagi, dan Kau (Tuhan) uji setiap saat?1Bukankah ini merupakan wahyu yang menakjubkan - bahwa Tuhan mengunjungi kita setiap pagi dan menguji kita setiap saat?
Ketika ayat ini muncul pertama kali dan menjadi nyata bagi saya, saya harus bertanya kepada diri sendiri: Apakah saya siap untuk menerima kunjungan dari Tuhan setiap pagi? Apakah saya bangun dengan harapan itu? Dan kemudian saya terus bertanya kepada diri sendiri: Mengapa Tuhan menguji kita? Apa tujuanNya?

Dalam kamus bahasa ingris memberikan definisi yang menarik tentang kata ‘Menguji’ (Test): untuk mengetahui nilai dari seseorang . . . dengan tunduk pada ujian tertentu. Tuhan tidak menguji kita karena Dia marah kepada kita atau hendak menurunkan/ menjatuhkan kita. Malah sebaliknya, pengujian adalah tanda tanda perkenanan Tuhan. Dia (Tuhan) menguji kita karena Dia mau membangun nilai diri kita.
Seorang Tukang perhiasan akan melakukan beberapa pengujian (test) terhadap emas dan perak untuk menentukan kadar/kandungan dan keasliannya. Tukang tersebut melakukan pengujian karena mereka berharga. Dan dia tidak perlu repot-repot untuk menguji logam dasar seperti besi atau timah.
Dalam dunia purbakala ada satu orang yang memiliki kebenaran yang luar biasa. Namanya adalah Ayub. Tuhan bangga dengan Ayub. Dia (Tuhan) benar-benar membual/ meninggikan tentang ayub kepada Setan: "Sudahkah kamu memperhatikan hamba-Ku Ayub, bahwa tidak ada yang seperti Dia di atas bumi, orang yang tidak bercacat dan jujur, orang yang takut kepada Allah dan mencegah/membenci kejahatan?2
Secara khas (Karakteristik setan), tanggapan Setan adalah dengan melancarkan serangan secara egois terhadap Ayub: "Dia hanya melayani Anda karena apa yang Ayub dapatkan dari Tuhan. "
Sebagai tanggapan Tuhan, Tuhan mengijinkan Setan untuk mencobai Ayub. Pertama, Dia membiarkan Setan menghancurkan segala yang dimiliki oleh Ayub: hartanya, hamba-hambanya dan anak-anaknya. Kemudian Tuhan bahkan mengizinkan Iblis untuk menyentuh tubuh Ayub-untuk menyiksanya dengan bisul dari kepala sampai kaki. Tapi Dia tidak mengizinkan Setan untuk mengambil nyawa/ hidup Ayub.
Ayub mengetahui bahwa Tuhan sedang mengujinya. "Apabila Dia (Tuhan) telah menguji saya," katanya, "Saya (Ayub) akan tampil sebagai emas "3-yaitu emas yang telah diuji api. Ini memberinya kekuatan untuk bertahan. Dia berteriak dalam penderitaan jiwanya, tapi dia tidak pernah menyerah.
Secara khusus, Elifas dan kedua teman Ayub yang lainnya menyimpulkan bahwa penderitaan Ayub terjadi karena dosa yang telah dilakukannya dan mereka membawa segala macam tuduhan mengerikan terhadap Ayub pada akhirnya, Namun, Tuhan membenarkan Ayub dan menegur teman-temannya. Dia (Tuhan) mengatakan kepada Elifas, "kamu (Elifas) tidak membicarakan yang benar tentang Aku (Tuhan), seperti yang dilakukan hamba-Ku Ayub. "4
Abraham adalah orang benar selain dari Ayub yang mengalami pengujian yang berat dari Tuhan - bahkan sampai pada akhirnya Abraham diminta untuk mempersembahkan anaknya kepada Tuhan sebagai korban bakaran. Abraham menjalani tes khusus dari Tuhan karena dia memiliki takdir khusus – yaitu untuk menjadi bapa bagi umat pilihan Allah, baik Yahudi maupun Kristen. Tuhan menerapkan tes khusus kepada orang-orang yang memiliki tujuan khusus.
Di dalam Perjanjian Baru dengan jelas mengingatkan kita bahwa, sebagai orang Kristen, kita juga harus berharap untuk menjalani pengujian. Rasul Paulus membandingkan iman kita dengan emas, keasliannya harus diuji dengan api.5
Yakobus memberitahu kita bahwa kita harus menanggapi pengujian dengan sukacita:
Saudara-saudaraku, anggaplah sebagai suatu kebahagiaan, apabila kamu jatuh ke dalam berbagai-bagai pencobaan, sebab kamu tahu, bahwa ujian terhadap imanmu  itu menghasilkan ketekunan (Daya tahan). Dan biarkanlah ketekunan(Daya tahan) itu memperoleh buah yang matang, supaya kamu menjadi sempurna dan utuh dan tak kekurangan suatu apapun.
Pada kesempatan yang berbeda saya harus bertobat dan meminta pengampunan Tuhan karena saya tidak menanggapi dengan benar beberapa pengujian saya. Saya tidak menghitung pengujian sebagai sukacita!

Selanjutnya, Yakobus mengambil Ayub sebagai contoh bagaimana menanggapi pengujian: Anda telah mendengar tentang ketekunan (daya tahan) Ayub dan telah melihat hasil dari pengetesan Tuhan, karena Tuhan maha penyayang dan penuh belas kasihan.7

Comments

Popular posts from this blog

Perbedaan Suara Allah dan Suara Iblis/ Setan

Kunci Menghancurkan Penghalang Janji Tuhan!

Tipe Kepribadian Melalui Test DISC